Minggu, 22 Agustus 2010

SEKILAS SEJARAH SUKU SASAK

Sejarah
Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit, dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok. Malah ada kabar kalau beliau wafat di Pulau Lombok dan dimakamkan di Lombok Timur. Pada Akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga dipengaruhi oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan Agama Suku Sasak, yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.

Pada awal abad ke 18 Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan Bali yang sangat mudah dilihat adalah banyaknya komunitas Hindu Bali yang mendiami daerah Mataram dan Lombok Barat, Beberapa Pura besar juga gampang di temukan di kedua daerah ini. Lombok berhasil Bebas dari pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang dilakukan Kerajaan Selapang (Lombok timur) dengan dibantu oleh kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya banyak yang akhirnya menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya beberapa desa di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang penduduknya mayoritas berbicara menggunakan bahasa Samawa.

Kalau kita lihat dari aspek sejarah, orang Sasak bisa jadi berasal Jawa, Bali, Makassar dan Sumbawa. Tapi bisa juga ke empat etnis tersebut bukan Papuk Bloq orang sasak, melainkan hanya memberi pengaruh besar pada perkembangan Suku Sasak

Ciri FISIK
Sementara kalau diperhatikan secara fisik Suku Sasak ini lebih mirip orang Bali dibandingkan orang Sumbawa. Dari Aspek ini bisa jadi orang Sasak berasal dari orang Bali, nah sekarang tinggal di cari orang Bali berasal dari mana?
Bukti Otentik
Beberapa minggu yang lalu, salah seorang yang membaca tulisan ini mengirimkan ke saya sebuah bukti otentik asal usul suku sasak yang disimpan keluarganya di Lombok Tengah. Bukti tersebut berupa silsilah keluarga yang berujung pada sebuah nama: Datu Pangeran Djajing Sorga (dari Majapahit, Kabangan, Jawa Timur). Dari Bukti otentik tersebut, jelaslah terlihat bahwa Suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya berasal dari Jawa.

Bahasa
Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan aksara Jawa dan Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara pelafalan cukup dekat dengan Bali.

Menurut ethnologue yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, Bahasa Sasak merupakan keluarga (Languages Family) dari Austronesian Malayo-Polynesian (MP), Nuclear MP, Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak.

Sementara kalau kita perhatikan secara langsung, bahasa Sasak yang berkembang di Lombok ternyata sangat beragam, baik dialek (cara pengucapan) maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa menunjukkan banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah Kabupaten Lombok Timur ingin membuat Kamus Sasak saja, mereka kewalahan dengan beragamnya bahasa sasak yang ada di lombok timur, Walaupun secara umum bisa diklasifikasikan ke dalam: Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara), Ngeto-Ngete (Lombok Bagian Tenggara), Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah), Ngeno-Ngene (Lombok Bagian Tengah), Mriak-Mriku (Lombok Bagian Selatan)

Dari Aspek Bahasa, Papuk Bloq kita bisa jadi berasal dari Jawa (Malayo-Polynesian), Vitname atau Philipine ( Austronesian), atau dari Sulawesi (Sunda-Sulawesi)

Harapan
Semoga Dewan Adat Sasak segera menerbitakan Buku Sejarah Sasak dan merampungkan Kamus Bahasa Sasak. * Tulisan ini hanya oret oretan saja, data data yang digunakan masih diragukan ke shahihannya karena keterbatasan sumber sejarah terkait Suku Sasak. Adanya tulisan ini diharapkan ada informasi dari semeton senamiyan untuk meluruskan, memperbaiki yang salah dan menambahkan yang kurang

KERAJAAN TARUMANEGARA


<blockquote>

Raja kerajaan Tarumanegara yang paling terkenal adalah Purnawarman, terbukti namanya banyak tersebut pada prasasti-prasasti Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M pada masa pemerintahan raja Purnawarman. Letak kerajaan Tarumanegara adalah di Jawa Barat, terbukti dari 7 prasasti yang terdapat di Jawa Barat.  Salah satunya adalah Prasasti Ciarunteun atau Prasasti Ciampea yang ditemukan di tepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisaden,Bogor. Prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari empat baris syair. Selain itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki raja Purnawarman. Sepasang telapak kaki itu mempunyai dua arti,yaitu: cap telapak kaki melambangkan kekuasaaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut) dan di India cap telapak kaki melambangkan kekuasaan sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat. Sedangakn prasasti yang lainnya,yaitu: Prasasti Jambu atau Pasir Kolengkak yang ditemukan di bukit pasir Kolenkak, Prasasti Kebon Kopi yang ditemukan di Kampung Muara Hilir Cibitung Bulang (Bogor), Prasasti Pasir Awi yang ditemukan di daerah Pasir Awi. Prasasti Muara Ciaten yang ditemukan di muara Ciaten, Prasasti Tugu yang ditemukan di daerah Cilincing,dan Prasasti Lebak atau Cidanghiang yang ditemukan di kampung Lebak. Hampir semua prasasti peninggalan kerajaan terdapat lukisan sepasang kaki, kecuali pada prasasti Muara Ciaten dan Prasasti Tugu. Wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara hampir seluruh Jawa Barat.
Kerajaan Tarumanegara menganut agama Hindu Wisnu yang terbukti dari prasasti kebonkopi yang isinya “inilah dua bekas telapak kaki dewa Wisnu,ia adalah yang mulia Purnawarman”,(telapak kaki itu mirip telapak kaki gajah Airawata,yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu).


Seorang musafir Cina mengatakan bahwa di Kerajaan Tarumanegara belum banyak yang beragama seperti dirinya (budha) kebanyakan beragama Hindu dan sebagian lagi beragama kotor. Sumber dari luar negeri (Cina) juga mengatakan demikian,yaitu: berita Fa-Hien,tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao. Chi menceritakan bahwa di Ye-Po-Ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Budha,yang banyak adalah orang-orang yang bergama Hindu dan sebagian masih animisme.
Menurut berita dari Cina, berupa catatan perjalanan Fa-Hien awal abad ke 5 M diketahui bahwa aspek kehidupan ekonomi penduduk yaitu pertanian, peternakan,perburuan binatang, dan perdagangan. Barang –barang yang diperdagangkan antara lain: cula badak, perak, dan kulit penyu. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, diketahui bahwa kehidupan social berpusat pada kegitan pertanian dan perdagangan.
Penyebab runtuhnya kerajaan Tarumanegara belum dapat diketahui pasti, namun kerajaan Tarumanegara masih mengirimkan utusannya ke Cina sampai tahun 669 M. setelah itu tidak didapatkan lagi berita. Kemungkina Tarumanegara ditaklukan Sriwijaya ( sepertihalnya tertulis dalam prasasti-prasasti karang berahi). Sehingga dapat diduga runtuhnya Tarumanegara sekitar tahun 669 M oleh serangan Sriwijaya.
Dari uraian di atas, kami mengambil kesimpulan bahwa pengaruh kebudayaan India di Indonesia tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu-Budha, tetapi juga pada aspek lain, misalnya aspek politik, ekonomi, social budaya dan lain sebagainya. Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari peninggalan-peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan kebudayaan India. Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun dalam perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian sendiri.



SEKIAN